Senin, 08 Oktober 2012


Meneropong Potensi Profit Saham Bank BUMN.
 DISCLAIMER ON (Sumber Berita).

INILAH.COM, Jakarta – Harga saham-saham bank BUMN yang secara fundamental fokus pada kredit usaha mikro dan UKM diprediksi akan segera melambung. Seperti apa dan bank apa saja?

Pada perdagangan Senin (8/10/2012) saham PT Bank Mandiri (BMRI) ditutup stagnan di level Rp8.100; PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tetap di angka Rp7.400; PT Bank Negara Indoensia (BBNI) stagnan di Rp3.850; PT Bank Tabungan Negara (BBTN) turun Rp10 (0,71%) ke angka Rp1.380; PT Bank Jabar Banten (BJBR) turun Rp10 (0,90%) ke Rp1.090; dan PT Bank Bukopin (BBKP) melema Rp10 (1,56%) ke Rp630 per saham.

Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan, penguatan saham-saham bank belakangan ini dipicu oleh sentimen dari keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan perbankan milik pemerintah untuk mengurus kredit macetnya sendiri. Kalau perlu, pimpinan bank juga bisa langsung memberikan potongan atas utang yang sudah dihapusbukukan itu. Tanpa harus melalui Panitia Urusan Piutang Negara alias PUPN yang prosesnya berbelit-belit.

Jadi, Yuga menegaskan, jika bank BUMN mengalami kredit macet yang terefleksi pada Non-Performing Loan (NPL)-nya bisa di-write-off. “Yang NPL-nya besar Bank BNI dan Bank Mandiri meskipun dari sisi besarnya aset, Bank Mandiri paling sehat. Karena itu, write off hanya berpengaruh positif ke emiten BMRI dan BBNI,” katanya kepada INILAH.COM.

Kedua bank ini, lanjutnya, memiliki NPL yang tinggi dari sektor korporasi sehingga sekali ‘ngemplang’, jumlahnya juga sangat besar. “Ini berbeda dengan kredit usaha mikro yang risiko macetnya tidak sebesar korporasi,” ujarnya. “Pengemplangan di usaha mikro bersifat recehan.”

Menurut dia, dari ribuan kredit usaha mikro tidak mungkin semua debitornya mengemplang. Paling, 1-4 debitor dari ribuan orang sehingga tidak akan terasa. Di antara bank BUMN besar, BNI saat ini memiliki NPL tertinggi pada 3,3% pada kuartal II-2012, diikuti BRI sebesar 2,4% dan Mandiri sebesar 2,1%.

BNI juga memiliki tingkat tertinggi pembentukan NPL baru pada kuartal II-2012 sebesar 2,2% dari kredit bermasalah diikuti oleh BRI sebesar 1,1% dan Mandiri sebesar 0,3%. “Tapi, kalau kita lihat pertumbuhan kredit, itu masih in-line alias on track,” papar Yuga.

Karena itu, saham-saham yang sedang berlari adalah emiten perbankan yang memiliki segmen bisnis tertentu seperti BRI yang fokus pada usaha mikro dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan BTN yang fokus pada perumahan. Begitu juga dengan Bank Jabar dan Bank Bukopin. “Jadi, fokus pasar saat ini lebih ke saham-saham bank yang secara fundamental fokus ke sektor mikro dan UKM bukan korporasi untuk ekspansi kreditnya,” timpal dia.

Menurut Yuga, pasar melihat kredit di sektor ini cukup tahan krisis dan high margin. “Karena itu, potensi kredit macet pun sedikit. Sektor mikro hanya rentan terhadap kenaikan suku bunga. Jika suku bunga tetap, ya sudah, kreditnya mulus dan margin bank terus tumbuh,” ungkap dia.

Di atas semua itu, Yuga memperkirakan, dalam sepekan hingga dua pekan ke depan, BBRI akan bergerak dalam kisaran support Rp7.200 dan resistance Rp7.600. BJBR jika naik punya resistance ke Rp1.150 dan support Rp1.070. BBTN memiliki support Rp1.380 dan resistance Rp1.530. BBKP memiliki resistance Rp710 dan support Rp610.

Sementara itu, dari sisi Price Earnings Ratio (PER), yang paling murah adalah BBKP di level 6 kali, dan termahal BMRI 13 kali. BBRI dan BBNI 11 kali, BBTN 10 kali, dan BJBR 9 kali. “Tapi, pelaku pasar lebih condong ke BBRI. Sebab, emiten ini sudah terbukti solid secara fundamental dan bank ini sudah berdiri lama,” ucap dia.

Untuk BMRI dan BBNI, diperkirakan Yuga, akan konsolidasi terlebih dahulu. Pergerakan harga kedua saham itu tidak akan ke mana-mana karena katalis yang mengangkat harganya hanya faktor haircut. “Jadi, potensi kenaikannya sudah terdiskon pada harga saat ini,” ungkapnya. Apalagi, secara valuasi PER, BMRI sudah mahal.

Itu juga, kata dia, yang jadi alasan saham-saham yang bermain harganya saat ini adalah emiten yang fokus pada segmen mikro. “Jadi, kalau mau masuk BMRI dan BBNI lebih baik hold untuk jangka panjang karena potensi kenaikannya sudah tipis,” tandas dia.

Dalam enam bulan, target harga BMRI Rp8.400 dan untuk BBNI Rp4.200. “Untuk trading, lebih baik fokus pada emiten yang harga sahamnya akan segera berlari dan usahannya fokus pada sektor mikro dan UKM. Selain BMRI dan BBNI, saya rekomendasikan trading buy,” imbuh Yuganur.


Etrading securities tersebar di seluruh wilayah Indonesia.berikut ini.nama nama galeriEtrading  Jakarta, Etrading  Radio dalam. Etrading Bali, Etrading bandung, Etrading Bursa efek Indonesia. Etrading bekasi. Etrading Bintaro. Etrading Bogor. Etrading Bumi Serpong damai(BSD). Etrading Cibubur. Etrading Cikarang. Etrading.Depok. Etrading Gunung sahari. Etrading Hayam wuruk. Etrading imperium. Etrading Karawaci. Etrading kebon jeruk . Etrading kelapa gading. Etrading Kemayoran. Etrading Lampung. Etrading Makasar, Etrading Mampang. Etrading  Malang. Etrading Medan. Etrading Medan asia.Etrading Palembang.. Etrading Permata hijau. Etrading Pluit. Etrading Pondok indah Etrading. Etrading Pontianak. Etrading Radio dalam. Etrading Roxy. Etrading Solo.Etrading  Sunter. Etrading Surabaya pena. Etrading Medan darmo. Etrading.Etrading Yogyakarta
UNTUK INFO LEBIH LENGKAP TENTANG ETRADING,SILAKAN HUBUNGI SAYA.
Hardiansyah (Hardi)
mobile : 08978 25 9299.
Email : hardiansyah@etrading.co.id
Pin Bb :22228272.
INFO LENGKAP ETRADING: INFO LENGKAP CARA MENDAFTAR ETRADING SECURITIES /INGIN MENCOBA FREE TRIAL. KLIK DISINI CARAMENDAFTAR ETRADING SECURITIES/CARA JOIN ETRADING INFO LENGKAP ETRADING: INFO LENGKAP CARA MENDAFTAR ETRADING SECURITIES /INGIN MENCOBA FREE TRIAL.INFO LENGKAP ETRADING: INFO LENGKAP CARA MENDAFTAR ETRADING SECURITIES /INGIN MENCOBA FREE TRIAL.

KLIK DISINI CARAMENDAFTAR ETRADING SECURITIES/CARA JOIN ETRADING

Menerima pendaftaran Perorangan,CORPORATE/PERUSAHAAN.
FEE NEGOSIASI(Semakin besar deposite awal semakin rendah fee transaksi)
DAPATKAN PROMO PROMO ETRADING SECURITIES DI2012 INI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar